TUGAS 2
KESEHATAN MENTAL
IBU WINNY PUSPASARI
Oleh :
Reswari Adaninggar
2 PA 05
16511011
PSIKOLOGI
2013
Tokoh-tokoh Psikologi aliran
Psikoanalisa, Behavioristik, dan Humanistik
Aliran Psikoanalisa
Tokoh
mahzab aliran Psikoanalisa adalah Sigmund Freud. Sigmund
Freud (6 Mei 1856 - 23 September 1939) adalah
seorang psikiater Austria dan pendiri aliran psikoanalisis dalam psikologi.
Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah
sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Selain itu, dia juga
memberikan pernyataan pada awalnya bahwa prilaku manusia didasari pada hasrat
seksualitas pada awalnya (eros) yang pada awalnya dirasakan oleh manusia
semenjak kecil dari ibunya.
Psikoanalisis disebut
sebagai depth psychology yang mencoba mencari sebab-sebab perilaku manusia pada
alam tidak sadarnya. Tokoh dari aliran ini adalah Sigmund Freud. Aliran ini
berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang berkeinginan (homo volens).
Terdapat peristiwa mental yang kita sadari dan tidak kita sadari namun bisa kita akses (preconscious) dan ada yang sulit kita bawa kea lam tidak sadar (unconscious). Di alam tidak sadar inilah tinggal dua struktur mental yang ibarat gunung es dari kepribadian kita, yaitu Id, Ego, Superego.
Terdapat peristiwa mental yang kita sadari dan tidak kita sadari namun bisa kita akses (preconscious) dan ada yang sulit kita bawa kea lam tidak sadar (unconscious). Di alam tidak sadar inilah tinggal dua struktur mental yang ibarat gunung es dari kepribadian kita, yaitu Id, Ego, Superego.
Freud merupakan tokoh
menonjol terkait dengan pendapat-pendapatnya di bidang psikologi, banyak
istilah-istilahnya digunakan oleh umum, misalnya ego, super ego, dan Oedipus complex.
Aliran Behavioristik
Aliran ini sering dikatkan sebagai aliran
ilmu jiwa namun tidak peduli pada jiwa. Pada akhir abad ke-19, Ivan Petrovic
Pavlov memulai eksperimen psikologi yang mencapai puncaknya pada tahun 1940 –
1950-an. Di sini psikologi didefinisikan sebagai sains dan sementara sains
hanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat dilihat dan diamati saja. Sedangkan
‘jiwa’ tidak bisa diamati, maka tidak digolongkan ke dalam psikologi.
Aliran ini memandang manusia sebagai
mesin (homo mechanicus) yang dapat dikendalikan perilakunya
melalui suatu pelaziman (conditioning). Sikap yang diinginkan
dilatih terus-menerus sehingga menimbulkan maladaptive behaviour atau
perilaku menyimpang. Salah satu contoh adalah ketika Pavlov melakukan
eksperimen terhadap seekor anjing. Di depan anjing eksperimennya yang lapar,
Pavlov menyalakan lampu. Anjing tersebut tidak mengeluarkan air liurnya.
Kemudian sepotong daging ditaruh dihadapannya dan anjing tersebut terbit air
liurnya. Selanjutnya begitu terus setiap kali lampu dinyalakan maka daging
disajikan. Begitu hingga beberapa kali percobaan, sehingga setiap kali lampu
dinyalakan maka anjing tersebut terbit air liurnya meski daging tidak
disajikan. Dalam hal ini air liur anjing menjadi conditioned response dan
cahaya lampu menjadi conditioned stimulus.
Ini yang dinamakan pelaziman dan untuk
mengobatinya kita bisa melakukan apa yang disebut sebagai kontrapelaziman (counterconditioning).
Psikologi perilaku
memberikan kontribusi penting dengan ditemukannya asas-asas perubahan perilaku
yang banyak diamalkan dalam kegiatan pendidikan, psikoterapi, pembentukan
kebiasaan, perubahan sikap, dan penertiban social melalui law of
enforcement, yakni:
a. Classical Conditioning (pembiasaan klasik) yaitu rangsang (stimulus)
netral akan menimbulkan pola reaksi tertentu apabila rangsang itu sering
diberikan bersamaan dengan rangsang lain yang secara alamiah menimbulkan pola
reaksi tersebut.
b. Law of effect (hukum
akibat) yakni perilaku yang menimbulkan akibat-akibat yang memuaskan pelaku
cenderung diulangi; sebaliknya perilaku yang menimbulkan akibat tidak
memuaskan atau merugikan cenderung dihentikan.
c. Operant conditioning (pembiasaan operan): suatu pola perilaku akan mantap
apabila berhasil diperoleh hal-hal yang diinginkan pelaku (penguat positif)
atau mengakibatkan hilangnya hal-hal yang tak diinginkan (penguat negatif). Di
sisi lain suatu pola perilaku tertentu akan menghilang apabila perilaku itu
mengakibatkan dialaminya hal-hal yang tidak menyenangkan (Hukuman), atau
mengakibatkan hilangnya hal-hal yang menyenangkan pelaku (Penghapusan).
d. Modeling (peneladanan):
perubahan perilaku dalam kehidupan sosial terjadi karena proses dan peneladanan
terhadap perilaku orang lain yang disenangi dan dikagumi
Edward Lee Thorndike
(1874-1949 )
Menurut Thorndike
belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara
peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R). Dari
eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar diketahui bahwa supaya
tercapai hubungan antara stimulus dan respon perlu adanya kemampuan untuk
memilih respon yang tepat serta melalui usaha (trials) dan kegagalan (error)
terlebih dahulu.Oleh karena itu teori belajar ini sering disebut dengan teori
belajar koneksionisme atau teori asosiasi.
Thorndike mengemukakan
bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon mengikuti hukum-hukum
betikut:
·
Hukum kesiapan yaitu semakin siap
organisme memperoleh perubahan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu
sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
·
Hukum akibat yaitu hubungan stimulus
respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah
jika akibatnya tidak memuaskan.
·
Hukum latihan yaitu semakin sering tingkah
laku diulang maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
Aliran Humanistik
Abraham H. Maslow
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi
humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima
dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini
adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hierarki Kebutuhan). Menurut Maslow,
manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Hierarki kebutuhan terdiri dari :
-
Kebutuhan Fisiologis
-
Kebutuhan akan Rasa Aman
-
Kebutuhan akan Rasa Kasih Sayang
-
Kebutuhan akan Harga Diri
-
Kebutuhan akan Aktualisasi Diri
Teori Maslow didasarkan
atas asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal:
1.
Suatu usaha yang positif untuk berkembang.
2.
Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan
itu.
Carl Rogers
Rogers menganjurkan
pendekatan pendidikan sebaiknya mencoba membuat belajar dan mengajar lebih
manusiawi, lebih personal dan berarti.
Lebih khusus dalam
bidang pendidikan, Rogers mengutarakan pendapat tentang prinsip-prinsip belajar
yang humanistik yang diidentifikasikan sebagai sentral dari filsafat
pendidikannya, yakni:
·
Manusia itu mempunyai kemampuan belajar
secara alami.
·
Belajar yang signifikan terjadi apabila
materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud
sendiri.
·
Belajar yang menyangkut perubahan di dalam
persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk
ditolaknya.
·
Tugas-tugas belajar yang mengancam diri
ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari
luar itu semakin kecil.
·
Apabila ancaman terhadap diri siswa
rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan
terjadilah proses belajar.
·
Belajar yang bermakna diperoleh siswa
dengan melakukannya.
Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
·
Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan
pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang
dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
·
Kepercayaan terhadap diri sendiri,
kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan
untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain
merupakan cara kedua yang penting.
·
Belajar yang paling berguna secara sosial
di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu
keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam
diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Alfred Adler
Tokoh
aliran humanistik yang terkenal yaitu Alfred Adler. Dalam pandangan
behaviorisme manusia menjadi robot tanpa jiwa, dan tanpa nilai. Fenomenologi
memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan
diinterpretasi secara subjektif. (Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan
Mental. Purwokerto: STAIN Press)
Erich
Fromm
Tokoh
humanistik lainnyaadalah Erich Fromm. Fromm sangat dipengaruhi oleh
tulisan-tulisan Karl Marx, terutama oleh karyanya yang pertama, The economic philosophical
manuscripts yang ditulis pada
tahun 1944. Tema dasar tulisan Fromm adalah orang yang merasa kesepian dan
terisolasi karena ia dipisahkan dri alam dan orang-orang lain. Keadaan isolasi
ini tidak ditemukan dalam semua spesies binatang, itu adalah situasi khas
manusia.
Teori-teori dari para tokoh
Fromm
Erich Fromm lahir di Frankfurt, Jerman pada tanggal 23 Maret 1900. Ia belajar
psikologi dan sosiologi di University Heidelberg, Frankfurt, dan Munich.
Setelah memperoleh gelar Ph.D dari Heidelberg tahun 1922, ia belajar psikoanalisis
di Munich dan pada
Institut psikoanalisis Berlin yang terkenal waktu itu.
Teori Kepribadian
Fromm sangat dipengaruhi oleh tulisan Karl
Marx, terutama oleh karyanya yang pertama, The Economic and
Philosophical Manuscripts yang ditulis pada tahun 1944. Fromm
membandingkan ide-ide Freud dan Marx, menyelidiki kontradiksi-kontradiksinya
dan melakukan percobaan yang sintesis. Pada tahun 1959, Fromm menulis analisis
yang sangat kritis bahkan polemis tentang kepribadian Freud dan pengaruhnya,
sebaliknya berbeda sekali dengan kata-kata pujian yang diberikan kepada Marx
pada tahun 1961. Meskipun Fromm deapat disebut sebagai seorang teoritikus
kepribadian Marxian, ia sendiri lebih suka disebut humanis dialetik.
Tulisan-tulisan Fromm dipengaruhi oleh pengetahuannya yang luas tentang
sejarah, sosiologi, kesusastraan, dan filsafat.
Tema dasar dari dasar semua tulisan Fromm
adalah individu yang merasa kesepian dan terisolir karena ia dipisahkan dari
alam dan orang-orang lain. Keadaan isolasi ini tidak ditemukan dalam semua
spesies binatang, itu adalah situasi khas manusia. Dalam bukunya Escape from
Freedom (1941), ia mengembangkan tesis bahwa manusia menjadi semakin bebas dari
abad ke abad, maka mereka juga makin merasa kesepian (being lonely). Jadi,
kebebasan menjadi keadaan yang negatif dari mana manusia melarikan diri. Dan
jawaban dari kebebasan yang pertama adalah semangat cinta dan kerjasama yang
menghasilkan manusia yang mengembangkan masyarakat yang lebih baik, yang kedua
adalah manusia merasa aman dengan tunduk pada penguasa yang kemudian dapat
menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Dalam buku-buku Fromm berikutnya (1947,
1955, 1964), dikatakan bahwa setiap masyarakat yang telah diciptakan manusia,
entah itu berupa feodalisme, kapitalisme, fasisme, sosialisme, dan komunisme,
semuanya menunjukkan usaha manusia untuk memecahkan kontradiksi dasar manusia.
Kontradiksi yang dimaksud adalah seorang pribadi merupakan bagian tetapi
sekaligus terpisah dari alam, merupakan binatang sekaligus manusia. Sebagai
binatang, orang memiliki kebutuhan-kebutuhan fisik tertentu yang harus
dipuaskan. Sebagai manusia, orang memiliki kesadaran diri, pikiran dan daya
khayal. Pengalaman-pengalaman khas manusia meliputi perasaan lemah lembut,
cinta, perasaan kasihan, sikap-sikap perhatian, tanggung jawab, identitas,
intergritas, bisa terluka, transendensi, dan kebebasan, nilai-nilai serta
norma-norma. Kemudian teori Erich Fromm mengenai watak masyarakat mengakui
asumsi transmisi kebudayaan dalam hal membentuk kepribadian tipikal atau
kepribadian kolektif. Namun Fromm juga mencoba menjelaskan fungsi-fungsi
sosio-historik dari tipe kepribadian tersebut yang menghubungkan kebudayaan
tipikal dari suatu kebudayaan obyektif yang dihadapi suatu masyarakat. Untuk
merumuskan hubungan tersebut secara efektif, suatu masyarakat perlu
menerjemahkannya ke dalam unsur-unsur watak (traits) dari individu anggotanya
agar mereka bersedia melaksanakan apa yang harus dilakukan.
Fromm membagi sistem struktur masyarakat
menjadi tiga bagian berdasar karakter sosialnya:
1. Sistem A, yaitu masyarakat-masyarakat
pecinta kehidupan. Karakter sosial masyarakat ini penuh cita-cita, menjaga
kelangsungan dan perkembangan kehidupan dalam segala bentuknya. Dalam sistem
masyarakat seperti ini, kedestruktifan dan kekejaman sangat jarang terjadi,
tidak didapati hukuman fisik yang merusak. Upaya kerja sama dalam struktur
sosial masyarakat seperti ini banyak dijumpai.
2. Sistem B, yaitu masyarakat
non-destruktif-agresif. Masyarakat ini memiliki unsur dasar tidak destruktif,
meski bukan hal yang utama, masyarakat ini memandang keagresifam dan
kedestruktifan adalah hal biasa. Persaingan, hierarki merupakan hal yang lazim
ditemui. Masyarakat ini tidak memiliki kelemah-lembutan, dan saling percaya.
3. Sistem C, yaitu masyarakat destruktif.
Karakter sosialnya adalah destruktif, agresif, kebrutalan, dendam,
pengkhianatan dan penuh dengan permusuhan. Biasanya pada masyarakat seperti ini
sangat sering terhadi persaingan, mengutamakan kekayaan, yang jika bukan dalam
bentuk materi berupa mengunggulkan simbol.
Fromm juga menyebutkan dan menjelaskan
lima tipe karakter sosial yang ditemukan dalam masyarakat dewasa ini, yakni:
1. Tipe Reseptif (mengharapkan dukungan
dari pihak luar)
2. Tipe Eksploitasi (memaksa orang lain
untuk mengikuti keinginannya)
3. Tipe Penimbunan (suka mengumpulkan dan
menimbun barang suatu materi)
4. Tipe Pemasaran (suka menawarkan dan
menjual barang)
5. Tipe Produktif (karakter yang kreatif
dan selalu berusaha untuk menggunakan barang-barang untuk suatu kemajuan)
6. Tipe Nekrofilus-biofilus (nekrofilus
orang yang tertarik dengan kematian, biofilus:orang yang mencintai kehidupan)
Contoh Kasus :
Erik adalah seorang remaja berusia 15
tahun, Ia masih berstatus sebagai siswa
SMA. Ia mengalami krisis jati diri, Ia membutuhkan pengakuan dari
teman-temannya, karena Ia selalu merasa minder saat tampil di depan kelas,
teman-temannya selalu menertawainya karena penampilannya yang culun. Ia terinspirasi
menjadi seperti kakaknya yang sudah kuliah, kakak laki-lakinya berpenampilan
keren dan cerdas dalam bergaul, maka dari itu, Erik merubah penampilannya agar
mirip seperti kakaknya dan mendapatkan teman yang banyak.
Maslow
Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada
tanggal 1 April 1908. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi Rusia dengan
orangtua yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Pada masa kecilnya, ia dikenal
sebagai anak yang kurang berkembang dibanding anak lain sebayanya.
Maslow menjadi pelopor aliran humanistik psikologi
yang terbentuk pada sekitar tahun 1950 hingga 1960-an. Ia menghabiskan masa
pensiunnya di California, sampai akhirnya ia meninggal karena serangan jantung
pada 8 Juni 1970. Kemudian ia dianugerahkan gelar Humanist of the Year oleh
Asosiasi Humanis Amerika pada tahun 1967.
Asumsi dan Prinsip Dasar Teori
Abraham Maslow mengatakan bahwa di dalam diri individu
ada dua hal:
1.
Suatu usaha yang
positif untuk berkembang
2.
Kekuatan untuk
melawan atau menolak perkembangan itu
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam
upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hierarki. Bila seseorang telah
dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan psikologis, barulah ia
dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan
mendapatkan rasa aman dan seterusnya.
Maslow Berfokus pada individu secara keseluruhan,
bukan hanya satu aspek individu, dan menekankan kesehatan daripada sekedar
penyakit dan masalah.
Detail Teori
Teori yang terkenal dari Maslow yang merupakan salah
satu tokoh humanistik adalah teori tentang Hirarki Kebutuhan, yaitu :
2.
Kebutuhan akan rasa
aman
3.
Kebutuhan untuk
dicintai dan disayangi
4.
Kebutuhan untuk
dihargai
5.
Kebutuhan untuk
aktualisasi diri
Maslow (1954) menyusun hirerarki kebutuhan. Di dalam
hirarki ini, ia menggunakan suatu susunan piramida untuk menjelaskan dorongan
atau kebutuhan dasar yang memotivasi individu. Kebutuhan yang paling dasar,
yakni kebutuhan fisiologis akan makanan, air, tidur, tempat tinggal, ekspresi
seksual, dan bebas dari rasa nyeri, harus dipenuhi pertama kali. Tingkat kedua
adalah kebutuhan akan keselamatan, keamanan, dan bebas dari bahaya atau ancaman
kerugian. Tingkat ketiga ialah kebutuhan akan mencintai dan memiliki, yang
mencakup membina keintiman, persahabatan, dan dukungan. Tingkat keempat ialah
kebutuhan harga diri, yang mencakup kebutuhan untuk dihormati dan diargai orang
lain. Tingkat yang paling tinggi ialah aktualisasi diri, kebutuhan akan
kecantikan, kebenaran, dan keadilan.
Maslow mengajikan hipotesis bahwa kebutuhan dasar di
tingkat paling bawah piramida akan mendominasi perilaku individu sampai
kebutuhan tersebut dipenuhi, kemudian kebutuhan tingkat selanjutnya menjadi
dominan.
Maslow menggunakan istilah aktualisasi diri untuk
menjelaskan individu yang telah mencapai semua kebutuhan hirarki dan
mengembangkan potensinya secara keseluruhan dalam hidup.
Teori Maslow menjelaskan bahwa perbedaan individu
terletak pada motivasinya, yang tidak selalu stabil seanjang kehidupan. Lingkungan
hidup yang traumatic atau kesehatan yang terganggu dapat menyebabkan individu
mundur ke tingkat motivasi yang lebih rendah.
Kedudukan Pengasuhan dalam Teori
Dalam pendekatan humanistik, orang tua diajarkan untuk
mencerminkan perasaan anak-anak mereka dan membantu mereka tumbuh dalam
kesadaran diri dan pemahaman, serta memfasilitasi kematangan psikologis
anak-anak mereka.
Abraham Maslow melengkapi pemikiran tersebut dengan
teori motivasi. Menurutnya, potensi-potensi unik seorang anak akan muncul
apabila diberi motivasi dengan cara penyampaian wawasan, contoh orang tua,
pergaulan dengan teman lain, maupun pengalaman langsung.
Dalam praktik pengasuhan, orang tua dianggap sebagai
fasilitator yaitu menyediakan lingkungan dan sarana belajar anak untuk mengembangkan
potensinya. Semakin dipenuhinya fasilitas yang dibutuhkan anak, akan semakin
berkembang potensi-potensi yang dimiliki seorang anak.
Selain itu, orang tua harus berperan sebagai
motivator. Peran ini dilakukan dengan memberikan dorongan dan dukungan bagi
berbagai hal yang menjadi minat seorang anak. Apabila anak melakukan kekeliruan
tidak disalahkan atau disudutkan tetapi diberi berikan bimbingan dengan
kalimat-kalimat yang membangkitkan semangat. Sehingga anak terpacu untuk
melakukan tugasnya dan semakin tinggi tingkat pengaktualisasiannya.
Contoh Kasus :
Anak yang baru lahir,
membutuhkan asi sebagai asupan makanannya selama bayi itu belum dapat mengunyah
makanan. Setelah bayi meminum asi ia akan melakukan pembuangan. Begitu bayi
merasa cukup akan kebutuhan dasarnya tersebut, bayi menuntut adanya rasa aman
dr kedua orangtuanya, setelah mulai beranjak balita dan anak-anak, anak
membutuhkan adanya rasa kasih sayang dan perhatian orang tua. Dan pada saat di
lingkungan, anak membutuhkan status atau dihargai sebagai anak, anak butuh
pengakuan dari orang tua, dan lingkungannya, kemudian, mengaktualisasikan apa
yang ingin ia capai.
Rogers
Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902
di Oak Park, Illinios, Chicago. Rogers meninggal dunia pada tanggal 4 Februari
1987 karena serangan jantung. Latar belakang: Rogers adalah putra keempat dari
enam bersaudara. Rogers dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan dan
menganut aliran protestan fundamentalis yang terkenal keras, dan kaku dalam hal
agama, moral dan etika. Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi
humanis, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis, ide –
ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam pengalaman -pengalaman
terapeutiknya.(Schultz 1991)
Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal
dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered)
(Clifford 1986). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya sebagai
terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan pendekatan Freud,
Namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap
bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers memandang
kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara ,
kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari
kecenderungan alamiah. Teori Rogers didasarkan pada suatu “daya hidup” yang
disebut kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut
diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri makhluk hidup dan
bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin. Jadi, makhluk
hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa
yang terbaik bagi keberadaannya.Dari dorongan tunggal inilah, muncul
keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog
lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman
dan rasa cinta, dan sebagainya.(George 2008)
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
1. Kognitif (kebermaknaan)
2. experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu
dari teori holistik, namun keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung
didalamnya. Teori humanistik Rogers pun menpunyai berbagai nama antara lain :
teori yang berpusat pada pribadi (person centered),non-directive,
klien (client-centered), teori yang berpusat pada murid (student-centered),
teori yang berpusat pada kelompok (group centered), dan person
to person). Namun istilahperson centered yang sering digunakan
untuk teori Rogers.
Asumsi dan Prinsip Dasar Teori
1.
Kecenderungan formatif
: Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal
yang lebih kecil.
2.
Kecenderungan
aktualisasi: Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke
kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual mempunyai
kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan masalahnya.
Ide pokok dari teori-teori
Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti
diri, menentukan hidup, dan menangani masalah-masalah psikisnya asalkan
konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk
aktualisasi diri. (Schultz 1991)
Carl Rogers mengembangkan teorinya dari penelitiannya
bersama pasien dan klien di klinik. Rogers merasa terkesan dengan apa yang ia
lihat saat kecenderungan bawaan individu yang bergerak ke arah pertumbuhan,
maturitas, dan perubahan positif. Ia menjadi yakin bahwa kekuatan dasar yang
memotivasi organisme manusia adalah kecenderungan beraktualisasi – suatu
kecenderungan ke arah pemenuhan atau aktualisasi semua kapasitas organisme.
Organisme yang tumbuh mencari cara untuk memenuhi potensinya di dalam
batas-batas hereditasnya. Seseorang mungkin tidak selalu dengan jelas merasakan
tindakan mana yang menyebabkan pertumbuhan dan tindakan mana yang regresif.
Tetapi jika jalan itu jelas, individu memilih untuk tumbuh ketimbang regresi.
Rogers tidak menyangkal bahwa terdapat kebutuhan lain, sebagian darinya adalah
biologis., tetapi ia memandang semuanya itu sebagai patuh kepada motivasi
organisme untuk meningkatkan dirinya. Keyakinan Rogers akan keunggulan
aktualisasi membentuk dasar terapi terpusat klien yang bersifat nondirektif.
Metoda psikoterapi ini berpendapat bahwa semua individu memiliki motivasi dan
kemampuan untuk berubah dan individu adalah orang yang paling berkualifikasi
untuk menentukan arah perubahan tersebut. Peran ahli terapi adalah sebagai
papan pantul sementara individu mengeksplorasi dan menganalisis masalahnya.
Pendekatan ini berbeda dari tipe psikoanalitik, di mana ahli terapi
menganalisis pengalaman pasien untuk menentukan masalah dan menyarankan suatu
tindakan pengobatan. Inti dari konsep dalam teori kepribadian Rogers adalah diri (self).
Diri, atau konsep-diri (Rogers menggunakan keduanya), menjadi inti teotinya.
Diri terdiri dari semua ide, persepsi, dan nilai-nilai yang mengkarakterisasi
“saya” atau “aku” ; ia mencakup kesadaran “apa saya” dan “ apa yang dapat saya
lakukan.” Selanjutnya diri yang dihayati ini mempengaruhi persepsi seseorang
tentang dunia dan perilakunya. Sebagai contohnya, wanita yang merasa dirinya
kuat dan kompeten akan menghayati dan bertindak di dunia dengan cara yang
sangat berbeda dari wanita yang menganggap dirinya lemah dan tidak berguna.
Konsep diri tidak selalu mencerminkan realita : seseorang mungkin sangat
berhasil dan terhormat tetapi masih memandang dirinya sendiri sebagai orang
yang gagal.
Detail Teori
Menurut Rogers, individu menilai setiap pengalaman
berkaitan dengan konsep diri. Orang ingin bertindak dalam cara yang konsisten
dengan citra-dirinya ; pengalaman dan perasaan yang tidak konsisten adalah
mengancam dirinya dan tidak diterima oleh kesadaran. Ini pada dasarnya adalah
konsep represi freud, walaupun Rogers menganggap represi tersebut tidak
diperlukan atau permanen. (Freud mengatakan bahwa represi tidak dapat dihindari
dan sebagian aspek pengalaman individu selalu tetap berada dibawah sadar.
Semakin banyak pengalaman yang disangkal oleh
seseorang karena tidak konsisten dengan konsep dirinya, semakin lebar jurang
antara dirinya dan realita dan semakin besar kemungkinan timbulnya
ketidakmampuan menyesuaikan diri. Seorang individu yang konsep dirinya tidak
sejalan dengan perasaan dan pengalaman pribadi harus melindungi dirinya sendiri
dari kebenaran karena kebenaran akan menyebabkan kecemasan. Jika
ketidaksesuaian itu menjadi terlalu besar, pertahanan mungkin runtuh,
menyebabkan kecemasan yang berat atau gangguan emosional lain.
Sebaliknya, orang yang mampu menyesuaikan diri
memiliki konsep diri yang konsisten dengan pikiran, pengalaman, dan perilaku ;
diri tidak kaku tetapi fleksibel, dan dapat berubah saat ia mengasimilasi
pengalaman dan ide baru.
Diri lain dalam teori Rogers adalah diri yang ideal. Kita
semua memiliki konsepsi jenis orang yang diri kita inginkan menjadi sepertinya.
Semakin dekat diri ideal dengan diri nyata, semakin penuh dan gembira individu
yang bersangkutan. Ketidaksesuaian yang besar antara diri ideal dan diri nyata
menghasilkan orang yang tidak puas dan tidak gembira.
Konsep diri menurut Rogers
adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan
aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Konsep
diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep
diri real dan konsep
diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai
atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu Incongruence dan Congruence. Incongruence adalah ketidakcocokan antara
self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan
batin. Sedangkan Congruence
berarti situasi di mana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah
konsep diri yang utuh, integral, dan sejati. Setiap manusia
memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan,
dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive
regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive
regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak
bersyarat, Schultz 1991).
Rogers menggambarkan pribadi
yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif
tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai,
dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak
bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Lima sifat khas orang yang
berfungsi sepenuhnya (fully human being):
1.Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang
menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi
baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang
positif maupun negatif.
2. Kehidupan Eksistensial
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang
terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru,
dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas
pengalaman selanjutnya.
3. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka
diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku
menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia
dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
4. Perasaan Bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu
pilihan tanpa adanya paksaan – paksaan atau rintangan – rintangan antara
alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan
berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan
tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga
ia dapat meilhat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu
melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.
5. Kreativitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan
kepada organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki
kreativitas dengan ciri – ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif,
berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus
kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya. (Schultz 1991)
Kedudukan Pengasuhan dalam Teori
Rogers mengatakan bahwa orang-konsep diri sering tidak
sama persis dengan kenyataan. Sebagai contoh, seseorang mungkin menganggap
dirinya sangat jujur tetapi sering berbohong kepada atasannya tentang mengapa
ia terlambat untuk bekerja. Rogers menggunakan istilah ketidaksesuaian untuk
mengacu pada kesenjangan antara konsep diri dan realitas.Kesesuaian, di
sisi lain, adalah pertandingan yang cukup akurat antara konsep diri dan
realitas. Menurut Rogers, orangtua mempromosikan ketidaksesuaian jika mereka
memberi anak-anak mereka cinta bersyarat. Jika orang tua menerima anak hanya
bila anak berperilaku dengan cara tertentu, anak kemungkinan untuk memblokir pengalaman
yang dianggap tidak dapat diterima. Di sisi lain, jika orang tua menunjukkan
kasih tanpa syarat, anak dapat mengembangkan kongruensi. Orang dewasa yang
orang tuanya dalam pengasuhan memberikan cinta bersyarat, di masa dewasa akan
terus mengubah pengalaman mereka dalam rangka agar merasa diterima.
Pengasuhan sangat penting kedudukannya dimana orangtua
yang memberikan pengasuhan yang baik dapat memberikan kebutuhan penghargaan
positif tanpa syarat dimana dengan terpenuhinya kebutuhan tersebut
anak akan menjadi fungsional. Ini berarti mereka merasa dirinya dihargai oleh
orangtua dan orang lain walaupun perasaan, sikap, dan perilakunya kurang dari
ideal. Jika orangtua hanya memberikan penghargaan positif tanpa syarat, menilai
anak hanya jika ia bertindak, berpikir, atau berperasaan dengan benar, anak
kemungkinan mengalami distorsi konsep dirinya. Sebagai contohnya, perasaan
kompetisi dan permusuhan kepada adik bayi dan biasanya menghukum tindakan
tersebut. Anak agaknya harus mengintegrasikan pengalaman ini ke dalam konsep
diri mereka. Mereka mungkin memutuskan bahwa orangtua tidak menyukai
mereka dan demikian merasa ditolak. Atau mereka mungkin menyangkal perasaan
mereka dan memutuskan mereka tidak ingin memukul adik. Tiap sikap itu
mengandung distorsi kebenaran. Alternatif ketiga adalah yang paling mungkin
diterima oleh anak-anak, tetapi dalam melakukannya, mereka menyangkal perasaan
yang sesungguhnya diri mereka, yang kemudian menjadi tidak disadari. Semakin
orang didorong untuk menyangkal perasaannya sendiri dan menerima nilai-nilai
orang lain, semakin tidak nyaman perasaan mereka tentang dirinya sendiri.
Rogers menyatakan bahwa pendekatan terbaik bagi orangtua adalah mengenali
perasaan anak sebagai sesuatu yang nyata sambil menjelaskan alasan mengapa perbuatan
memukul tidak dapat diterima.
Contoh Kasus :
Andi berada dalam posisi dewasa awal, Ia
adalah seorang pekerja keras, Ia berprinsip tidak mau lagi bergantung pada
orangtuanya setelah mendapat pekerjaan selepas lulus kuliah. Tetapi ibunya
tidak bisa jauh-jauh dari Andi. Sebenarnya Andi tidak tega melihat kesedihan
ibunya yang tidak bisa jauh darinya, akan tetapi Andi berpegang teguh pada
prinsipnya bahwa selepas ia dapat pekerjaan, ia akan tinggal di rumah yang ia
beli sendiri.
Daftar Pustaka